Aku Ini

BABAT ALAS AMBARAWA

Selamat datang di Komunitas Babat ALas.Joint grup FB: Komunitas Babat Alas

Sekilas Tentang Babat ALas

Komunitas Sastra Babat Alas Ambarawa merupakan organisasi pemberdayaan anak-anak muda Ambarawa pada khususnya, yang bergerak di bidang sastra dan penulisan kreatif

Bass: Perum Serasi no. 155, RT/RW: 06/XII, Ambarawa, 50612 Contact Person: M. Rifan Fajrin 085640723095 Bulletin Babat Alas menerima tulisan berupa artikel sastra dan budaya, cerpen, dan puisi. Kirim tulisan Anda ke: komunitasbabatalas@ymail.com
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Friday, March 2, 2012

Hujan Turun Lagi

Sekejap Pandang—Puisi
Hujan Turun Lagi
A.S El-Syekripsi *)

Hujan turun lagi sayang. Rintiknya harapan. Basahnya kenikmatan. di ladang, di sawah, juga genting sekolah
Mereka menyapa, Bercengkrama . Lewat dahan, udara, dan jendela.
Lihatlah, lantainya, sayang. Tak mau kalah Mereka rekah indah di antara kaki para siswa
Andai saja kau di sini, tentu kuajak kau diskusi. Tentang anak kita, yang tak ku ijinkan sekolah. Apalagi kuliah.
Lebih baik di rumah, tentu lebih terarah
Yang terpenting sayang, anak kita bebas dari korupsi. Sebab, mereka tak merebutkan kursi. Apalagi biaya tinggi
Percayalah!
Anak kita lebih mengerti, dan pasti lulus uji. Sebab, ukuran prestasi dari kita sendiri.
Sayang, marilah kita uji diri dan senantiasa mawasdiri. Agar kelak tidak mempermalukan ibu pertiwi dengan gantung diri. Apalagi anarki!
Andai kau di sini sayang, ketika hujan turun. Tentu kuajak kau bercinta dengan semua pesona negeri ini yang kian ngeri.
Mulai kasus korupsi, hingga perlawanan mesuji. Dan masih banyak lagi
Percintaan kita akan semakin panas! Kita pompa gairah kita! Untuk tetap berdiri. Karena kasusnya hanya dikaji. Belum ada bukti.
Lihatlah sayang, Hujan turun lagi. Rintiknya harapan, basahnya kenikmatan. Seperti bangsa ini, yang terbuai oleh nikmatnya harapan, yang tak kunjung terpenuhi.
Semarang 22 Januari 2012



A.S El-Syekripsy, pria macho kelahiran Demak Jawa Tengah 20 April 1986 ini adalah mantan pegiat Teater Sangkur Timur Semarang. Selain berteater dan menulis puisi, ia juga menulis cerpen.
Pada bulan Oktober 2011 resmi dinyatakan lulus dari Universitas Negeri Semarang, setelah bertahun-tahun menulis SKRIPSI.
Saat ini sedang berkhidmat di Yayasan Sahabat Mata Semarang.

Thursday, February 2, 2012

Tiada Terduga

Tiada Terduga

Seutas rajutan benang putih tersimpul malu
Menggenggam rasa tiada tara
Temani pekatnya buih raga
Tinggalkan percik yang membatu
Dalam heningnya butiran embun

Jalani coba
Oleh asa yang tertunda
Elok cerita kurasa
Kehendak Maestro Semesta

Wednesday, February 1, 2012

Kidung kecil untukmu, Maya

Kidung kecil untukmu, Maya

Inikah jalan terakhir di hidupmu.
Letih, lelah tak pernah berganti,
Alasan-demi-alasan tenggelam, terpatri tiada arti.
Inikah jalan hidupmu, Maya.

Inikah jalan akhir kesunyian,
Buta harap dan imbalan.
Kali ini kau hancurkan sendiri langkahmu,
Mengubur kebinasaan dan bangkitkan kedengkian di hatimu.

Sudah, sudahlah.
Kau harus akhiri ini sendiri, ya sendirian.
Karna yang kau torehkan adalah hitam.
Yang kau berikan adalah bayang.
Biar, biar tak ada lagi yang menuntunmu pulang.

:: Lean Syam Prayogo ::
Si pemula sastra, “Ajari Aku bagaimana itu hidup!!!”

Fb @Hyugayoga
Dari Mahasiswa jurusan Farmasi Fakultas Kesehatan UMMagelang
Semester V.

Monday, January 30, 2012

Sebuah Jawab

 Sebuah Jawab

menunduk diam,
menatap krikil yang terasingkan jaman.
adakah di dalam nya terselip sedikit keadilan?

hanya tanya,,
ya,tanya.
tatap mata di sisi jalan terbalut tanya.

gelap karena tak pernah ada jawab

dan apakah sebuah tanya harus selalu terjawab?

lalu,
dari teropong fana
ada kata dari gelap,
diam bukan berarti tak menjawab.


-Pandhu Blady Idiet-

Friday, January 27, 2012

Renungan di sudut malam

Renungan di sudut malam


Di sudut malam, Aku duduk termenung
Menyendiri, berbaur pekatnya kegelapan
Kusandarkan kepala di atas kedua lipatan lengan lemahku
memikirkanmu yang acuh akan diriku malam ini

Ingin kusapa dirimu
Namun keraguan membelenggu
Aku takut akan murkamu
Meski hati memberontak, namun Aku hanya raga tak berdaya

Rasa sayangku melemahkanku
Kini Aku kan terus terdiam
Di sini, disunyi malam ini
Menanti panggilan nuranimu

Rasa cinta ini merapuhkanku
Logikaku seakan tak berdaya  memikirkanmu
Tangis selalu datang seiring kenangan akanmu
linangan-linangan ini menjadi bukti lemahnya aku
Kini kau tau, batapa aku membutuhkanmu




Yuda Hermawan

Persembahan Terakhir

Persembahan Terakhir


Namamu kini terdengar begitu istimewa

Membawa kembali kenangan bagi mereka yang mendengar

Menggetarkan hati bagi mereka yang mengenalmu

Menarik beribu tanya dalam benak mereka



Raga terdiam, kekosongan mengisi nadi-nadimu

Kini semua hitam bagai dalam kehampaan

Detak ragamu membeku, diam dan membisu

Getaran itu kini tak lagi terasa



Gelap, kau lalui jalan setapak itu sendiri

Dengan catatan-catatan kejujuran tergenggam

Menuntunmu, membawamu pada kebenaran sejati

Tangisan hujan turun, membawa jiwamu kembali



Aku, hanya terdiam disini

Memandangi pucat paras manismu

Doa tersirat dari bibirku, membawa cahaya untukmu

Dimana malaikat-malaikat mengajakmu kembali


-Yuda Hermawan-
13/01/2012, 11.03

Sunday, January 22, 2012

God

God

It is not He
Nor
Doth disguise He
Into It.
Money





Tuhan
Dalamnya tiada Dia
ataupun
Pernah Ia menjelma
menjadinya
Uang
-Pandhu Blady Idiet-

Wednesday, January 18, 2012

-ADA-

 Sekejap Pandang-Puisi
-ADA-

inti rasaku padamu,
adalah tentang kata-kata yang tak terdefinisi kata-kata.
terjebak,
diantara pemahaman bahasa rasa yang terucap tanpa bahasa,

kau-kau-kau.,
adalah lempeng nafasku
yang terhembus
dari istilah-istilah jiwa yang ambigu...

tetap.
keberadaanmu adalah sebuah aksioma
di pembuluh mimpiku:
yang tak terdefinisi bahasa. dalam kata,


-Pandhu Blady Idiet-

Kotoran Tepi Jaman

Sekejap Pandang-Puisi



Kotoran Tepi Jaman

huft....

anak-anak itu...

seperti biji-biji kejayaan yang dimakan waktu...

bergulir di kerongkongan jaman,

dan berakhir....

menjadi kotoran di tepi peradaban,

yang akhirnnya musnah

tanpa sisa, terurai masa....


-Pandhu Blady Idiet-

Harapan Pagi Hari

Sekejap Pandang-Puisi
Harapan Pagi Hari


pagi kembali datang,,
membawa terang mengetuk dimensi tidurku,,
semula terpejam, kini lebar terbuka,,
jiwaku kini kembali, duduk bersandar dalam tahtanya,,
kubuka jendela, bulir2 embun berguguran,,
membawa berkah bagi sang akar,,
terik sang mentari menerpa wajah muramku,,
membawa gembira dan tentram,,
gelap hati kini lenyap, tersapu alunan nyanyian dedaunan,,
kicau burung, menambah indah harmoni pagi,,
kutadahkan tangan, kutatap sang awan,,
berharap Tuhan mendengar smua doaku,,
membawa berkah tuk awali hariku,,
terimakasih, Engkau masih memberiku nafas ini,,
nafas tuk membenahi diri,,
menuju kebaikan sejati,,



-Yuda Hermawan-

Monday, January 16, 2012

Awal dari Suatu Akhir

 Sekejap Pandang—Puisi
Awal dari Suatu Akhir
By Indyana Meitayoga *)

Tatkala senyumku mulai merekah
Rona pipi mulai memerah
Galau jiwa perlahan musnah
Terganti bahagia nan tercurah
Tatkala sosokmu ku gapai
Sentuhku tergambar dalam lambai
Kasih tulus terbalut buai
Di tepi safana nan landai

Seketika semua hilang
Seiring tetesku kian terlinang
Sebelah mata kau pandang diri ini
Acuhkan suguhan cinta ini
Luka ini kembali menganga
Kala asa terbentur dinding nyata
Kala harap mulai sumbang
Berlumuran perih yang makin meradang

Manis cintaku mungkin tak lagi kau kecap
Mungkin kini tlah menjadi sepah
Bunga cinta urung berbuah
Terbunuh oleh egomu yang kau ucap
Kini kau jauh melangkah pergi
Tinggalkanku tanpa ekspresi
Menoleh pada diri dan kepingan cinta ini
Seolah ku hanya seonggok jasad tiada arti


Indyana Meitayoga, siswi SMA 1 Ambarawa kelas XI IPA. Bergiat di komunitas Babat Alas, juga sebagai Pimpinan di Teater Smanega

Ujung Kalender

Sajak-sajak mayapada
Ujung Kalender

Betapa kalender sudah begitu letih menopang angka-angka di bahunya
Sedang, masih kutoreh pula kenangan di sela-selanya
-
Bilangan di kalender itu
Mereka sendiri yang menyediakan,
dipersembahkannya ruang agar kutaruh sesenangku segala kenangan

Hari ini mereka diam, tidak nuntut imbalan
Tapi bukankah formula sepanjang jaman:
bahwa semua yang ada, butuh pengakuan

Jika suatu kali nanti,
kalender sudah mendewasa,
Kelak seluruh yang ada jadi binasa
Segala kenangan dikembalikan, dengan muka yang bermacam-macam
Bedono, 29-07-2011

*) Habib A Abdullah— Mahasiswa Sastra Indonesia Unnes, pegiat Lab. Teater dan film Usmar Ismail BSI (Bahasa dan Satra Indonesia) UNNES.

Mata Air Mata

Sajak-sajak mayapada

Mata Air Mata

Air mata, tak ubahnya mata air
Meski tak digunakan sebagaimana mestinya
Ia akan tetap mengalir
Bedono, 29-07-2011

*) Habib A Abdullah— Mahasiswa Sastra Indonesia Unnes, pegiat Lab. Teater dan film Usmar Ismail BSI (Bahasa dan Satra Indonesia) UNNES.

HARAPAN TERAKHIR

HARAPAN TERAKHIR
By Meymona Esha *)


Cahayamu slalu menerangi hari-hariku
Pancaranmu bermakna bagiku
Meskipun kau tak tau itu
Cinta yang terpancar tulus darimu
Sangat penting untukku

Terimakasih atas semua yang telah kau berikan
Terimakasih atas sinarmu yang slalu menemaniku setiap saat
Hanya sebuah cinta sesaat yang dapat aku berikan
Meski sebentar cintamu sudah membuatku bahagia
Memang sudah jalan kita..

Aku capek,ingiku beristirahat dengan tenang
Suatu saat kita akan bertemu
Aku percaya cahayamu slalu menyinariku
Akupun slalu dihatimu
Meski dunia kita berbeda jauh
Kita tetap bisa bersatu
*) Meymona Esha—Siswi Kelas XI Bahasa SMA N 1 Ambarawa,
Aktif di Teater Smanega

Subscribe To RSS

Sign up to receive latest news