Aku Ini

BABAT ALAS AMBARAWA

Selamat datang di Komunitas Babat ALas.Joint grup FB: Komunitas Babat Alas

Sekilas Tentang Babat ALas

Komunitas Sastra Babat Alas Ambarawa merupakan organisasi pemberdayaan anak-anak muda Ambarawa pada khususnya, yang bergerak di bidang sastra dan penulisan kreatif

Bass: Perum Serasi no. 155, RT/RW: 06/XII, Ambarawa, 50612 Contact Person: M. Rifan Fajrin 085640723095 Bulletin Babat Alas menerima tulisan berupa artikel sastra dan budaya, cerpen, dan puisi. Kirim tulisan Anda ke: komunitasbabatalas@ymail.com

Monday, January 16, 2012

Sebuah Representasi “Kesetiaan Hati” di Dalam Puisi “Harapan Terakhir”

Sebuah Representasi “Kesetiaan Hati”
di Dalam Puisi “
Harapan Terakhir”Karya Meymona Esha
Oleh Pandhu Blady Idiet*


Ada banyak interpretasi yang akan muncul setelah membaca sebuah karya pujangga muda yang satu ini, dan setiap dari interpretasi yang muncul tersebut pasti didasari oleh pengalaman ataupun pengetahuan masing-masing pembaca yang tentunya berbeda-beda. Ketika karya ini dimaknai dengan sekali baca; sebuah interpretasi umum yang mungkin akan muncul adalah tentang penyesalan seseorang yang timbul karena kehilan-gan orang yang dicintainya, kemudian seseorang tersebut sadar bahwa dia membutuh-kan orang tersebut, dan mengharapkannya untuk kembali lagi.

Namun, ketika pembaca mau memaknai karya ini dengan lebih dalam (tentunya dengan cara membaca secara intensif), maka akan ditemu-kan sebuah makna inti yang lebih dalam pula. Yaitu tentang sebuah gambaran “kesetiaan hati” yang tidak dapat dipungkiri, dan sebe-narnya juga tersimpan di dalam diri semua orang. Hanya saja kebanyakan orang menyangkal keberadaan benih-benih rasa tersebut yang sesungguhnya telah tertanam dan mengakar di celah-celah perasaan serta pemikiran.Sehingga ketika terjadi perpisahan seakan-akan tidak ada sedikitpun sisa-sisa dari kesetiaan hati yang masih ada di dalam diri.

Melalui pilihan kata-kata yang sederhana, dengan rangkaian yang sedemikian rupa, penyair mampu meng-ungkapkan makna tentang realita umum yang juga terlukiskan di dalam kehidup-an pribadinya. Mengenai sebuah cerita asmara darah muda yang kandas di tengah jalan setapak harapan, karena hambatan yang tercipta dari perbedaan pandangan dan konflik pribadi lainnya. Namun, dari sebuah cerita asmara yang berujung tragedi seperti inilah,tersimpan pula suatu pesan bahwa selalu masih ada rasa yang tersisa di relung jiwa atas segala ke-nangan yang terangkai melalui benang-benang cinta di masa lalu. Ketika kita mampu menyadari sisa-sisa rasa tersebut, maka akan muncul harapan tulus yang terlahir dari kesetiaan hati yang mampu menjadi pem-bimbing diri, untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

Dari puisi ini, dapat pula ditarik sebuah makna ter-dalam bahwa dari sebuah perpisahan, kita akan mampu menyadari betapa berharga-nya sesuatu yang telah hilang. Dan dari kesadaran seperti itulah, akan muncul semangat luar biasa yang tercipta dari susunan unsur-unsur pemben-tuk kesetiaan hati yang akan mampu menggerakkan diri untuk berjalan di atas lembar baru kehidupan dengan lebih baik lagi.
Semangat Berkarya!

*)Pandhu Blady Idiet, Mahaiswa Sastra Inggris ‘09.
Si Buku Tulis Tak Bergaris

0 comments:

Post a Comment

kritik dan saran dari Anda sangat kami butuhkan

Subscribe To RSS

Sign up to receive latest news